JARINGAN PERIODONTAL
1. Pengertian Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal adalah
jaringan yang terdapat di sekitar gigi tempat gigi tertanam dan membentuk
lengkungan rahang dengan baik (Depkes RI, 1999). Jaringan
periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi
dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak terlepas dari socketnya (Poltekkes, 2010).
Gambar 1. Jaringan Periodontal
(Poltekkes, 2010)
Jaringan periodontal adalah
sistem yang kompleks dan memiliki kepekaan tinggi terhadap tekanan. Prevalensi
untuk penyakit periodontal mendekati 14% pada cakupan usia yang luas, termasuk
anak-anak dan orangtua. Periodontitis dimulai dengan hilangnya tulang alveolar
kemudian pembentukan pocket disekitar gigi, yang pada akhirnya
menyebabkan gigi goyang dan lepas. Pocket periodontal dapat dideteksi
dengan sebuah probe periodontal dan diperkirakan besarnya dengan
mengukur jarak dari tepi gusi sampai dasar pocket periodontal. Pada
jaringan periodontal yang sehat, tidak didapatkan adanya perlekatan epitel yang
longgar atau pembentukan pocket, dan celah gusi dalamnya ± 2 mm.
Faktor resiko untuk penyakit
periodontal adalah plak gigi, kalkulus, usia, genetik, dan diabetes (http://dokterkecil.wordpress.com).
2. Macam-macam Jaringan Periodontal
Macam-macam jaringan periodontal terdiri
dari :
a. Gingiva
Gingiva merupakan bagian
dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali dipakai sebagai
indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit, hal ini disebabkan karena
kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva
juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya.
Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat
pada tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi, pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas
dari puncak marginal gingiva sampai ke mukogingival
junction. Mukogingival junction
ini merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat
dibedakan dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan
permukaannya licin atau halus mengkilat. Hal ini dijumpai pada permukaan
vestibular mandibula. Pada permukaan oral maxila, mukogingival
junction tidak dijumpai sama sekali, karena gingiva berbatasan dengan
membrane mukosa mulut yang menutupi palatum durum, yang tipenya sama dengan gingival.
Gingival mengelilingi gigi dan meluas sampai ke ruang interdental. Antara
permukaan oral dan vestibular, gingiva akan berhubungan satu sama lainnya
melalui gingiva yang berada di ruang interdental ini (Poltekkes, 2010).
b. Tulang Alveolar
Tulang alveolar merupakan
bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung soket gigi. Secara
anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar dengan maksila
maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket gigi
disebut alveolar bone proper. Alveolar
bone proper ini akan didukung oleh bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal
dengan nama supporting alveolar bone (Poltekkes, 2010).
Anatomis tulang alveolar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu alveolar bone proper dan supporting alveolar
bone. Supporting alveolar bone ini terdiri dari dua bagian yaitu yang kompak,
yang membentuk keeping oral dan vestibular dan tulang spongi, yang terletak
diantara lempeng cortical dan alveolar bone proper. Periousteum adalah lapisan
yang menghubungkan jaringan lunak yang menutupi permukaan luar tulang yang
terdiri dari lapisan luar yang terdiri dari jaringan kolagen dan bagian terdiri
dari serabut elastik lempeng cortical oral maupun vestibular langsung bersatu
dengan maksila maupun mandibula.
c. Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal
merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan antara permukaan gigi dengan
dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut serta mendukung
gingival. Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi
yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar. Ligamentum ini
melanjutkan diri dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum
melalui kanalis vaskuler yang ada pada bone proper (Poltekkes, 2010).
d. Sementum
Sementum merupakan suatu
lapisan jaringan kalsifikasi
yang tipis dan menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan
dengan dentin dan email, maupun ligament periodontal, strukturnya mempunyai
banyak persamaan dengan struktur tulang. Sementum merupakan jaringan
mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh darah/saraf dan mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan akar
gigi anatomis. Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperanan didalam
mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya serat utama ligementum
periodontal yang tertanam didalam sementum (serat sharpey). Sementum ini tipis
pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan makin menebal kearah apex
gigi. Berdasarkan morphologinya sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum. Asesuler (sementum primer) dan
sementum seluler (sementum sekunder).
Sementum aseluler adalah sementum yang pertama
kali terbentuk, menutup kurang lebih sepertiga servikal atau hingga setengah
panjang akar, dan tidak mengandung sel-sel. Sementum ini dibentuk sebelum gigi
mencapai bidang oklusal, ketebalannya berkisar antara 30 – 230 µm. Disini serat
Shrapey merupakan struktur utamanya, yang peran utamanya mendukung gigi.
Sementum seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal, bentuknya kurang teratur (ireguler) dan
mengandung sel-sel (sementosit) pada rongga-rongga yang terpisah-pisah
(lakuna-lakuna) yang
berhubungan satu sama lain melalui anastomosis kanalikuli. Dibanding dengan
sementum aseluler, sementum seluler kurang terkalsifikasi dan hanya sedikit
mengandung serat Sharpey (Poltekkes, 2010).
3. Proses Terjadinya Radang Jaringan
Penyangga Gigi (Periodontal)
Ternyata bahwa radang jaringan penyangga gigi
hanya terjadi apabila plak dibiarkan menumpuk pada permukaan gigi, terutama
pada permukaan yang berbatasan dengan gusi. Bakteri pada plak akan mengeluarkan
racun yang merangsang gusi sehingga timbul radang gusi. Makin lama, proses
radang akan menjalar sepanjang akar gigi dan merusak jaringan pengikat akar
gigi dan tulang alveoli. Tidak ada rasa sakit sebagai pertanda adanya radang,
akibatnya proses penyakit dapat berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa disadari
oleh penderita. Akhirnya gigi menjadi goyah dan mengganggu di waktu mengunyah
sehingga perlu dicabut. Gigi yang utuh dan goyah sering terjadi pada orang yang
berusia diatas 40 tahun, dianggap sebagai hal yang wajar. Sebenarnya ini bukan
hal yang wajar, tetapi akibat dari proses pembusukan jaringan penyangga gigi
akibat plak yang dibiarkan menumpuk bertahun-tahun (Tomasowa, 2004).

poltekkes2012
BalasHapus